posbekasi.com

Pelemahan Rupiah Diprediksi akan Berlanjut

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar.[Ilustrasi]
JAKARTA | POSBEKASI.COM – Kurs rupiah terus terdepresiasi. Sore ini, Selasa 4 September 2018, bahkan ditutup di atas Rp 14.900 per dolar AS.

Menanggapi hal itu, Ekonom sekaligus Corporate Secretary Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto menilai, pelemahan rupiah akan berlanjut dalam jangka pendek ke depannya.

“Hal itu karena persepsi investor dan pasar menyamaratakan kondisi Indonesia dan emerging economies lainnya seolah-olah seperti kondisi Turki, Argentina dan Venezuela yang sama-sama anggota emerging economies,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa 4 September 2018.

Hal lain, kata dia, pasar juga melihat posisi Current Account Deficit (CAD) Indonesia makin membesar. Sekaligus mendekati ambang batas internasional, yakni 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

“Semua itu memberi tekanan terhadap rupiah hingga kini,” ucap dia.

Ia menambahkan, Bank Indonesia (BI) sudah melakukan tugasnya dengan baik melalui intervensi pasar, menaikkan suku bunga acuan secara agresif hingga 5,5 persen, serta merilis bauran kebijakan.

KLIK : Indonesia Investment Day: Jabar Tawarkan Peluang Ratusan Juta Dolar

KLIK : Dinas Perindustrian Targetkan 1000 Wirausaha Baru Sampai Akhir 2018 di Kabupaten Bekasi

Hanya saja menututnya, itu semua belum mampu mengembalikan kepercayaan pasar. “Jadi hanya bisa menahan depresiasi rupiah lebih dalam saja, karena persoalan dasarnya yakni CAD atau DTB yang melebar belum diselesaikan,” kata Ryan.

Ia menuturkan, masalah tersebut baru akan diselesaikan oleh pemerintah. Di antaranya mengurangi komponen impor, mengurangi proyek infrastruktur, menaikkan komponen dalam negeri (TKDN), dan mewajibkan penggunaan B20 untuk kendaraan bermotor mulai awal September 2018.

“Lalu bahwa bank-bank menjual dolar AS berkisar Rp 14.950 per dolar AS. Itu karena mekanisme pasar yang berlaku di saat dolar AS mengalami apresiasi luar biasa terhadap hampir semua mata uang dunia,” kata dia.

Maka, kata dia, tentu bank-bank melayani pembelian dolar AS sesuai ketentuan berlaku, yakni pembelian dolar AS wajib ada underlying transaction-nya. Jika tidak ada, maka tidak akan dilayani oleh bank.

“Inilah bentuk kehati-hatian bank dalam melakukan jual beli mata uang di saat posisi rupiah sedang tertekan. Bank tidak hanya cari untung, tapi juga berusaha membantu pemerintah dan BI untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter,” kata Ryan.[]

 

Sumber: Republika

BEKASI TOP