posbekasi.com

Kemendibudristek Catat Perundungan Peserta Didik Capai 24,4 Persen

Para siswa mengikuti Program Roots yang digelar Kemendikbudristek. (Foto: Kemendikbudristek)

posBEKASI.com | JAKARTA  – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat sebanyak 24,4 persen peserta didik mengalami berbagai jenis perundungan. Hal itu berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021 dan 2022 atau Rapor Pendidikan 2022 dan 2023,

Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan, hingga saat ini anak-anak masih rentan menjadi korban perundungan. Baik fisik, verbal, relasional, maupun secara daring (cyberbullying).

“Saya juga masih sering mendengar miskonsepsi yang menganggap perundungan sebagai cara menguatkan mental peserta didik. Ini adalah miskonsepsi yang sama sekali tidak benar karena pendidikan karakter semestinya tidak dilakukan dengan kekerasan yang bisa membuat anak-anak merasa takut dan trauma,” kata Nadiem dalam keterangan tertulis, Jumat (21/7/2023).

Atas kondisi ini, Nadiem mengajak para pemangku kepentingan untuk melanjutkan program Roots Anti Perundungan untuk jenjang SMP, SMA, dan SMK. Program ini telah dilakukan sejak tahun 2021.

Menurutnya, Program Roots Anti Perundungan tahun 2023 tidak hanya fokus pada menyelenggarakan bimtek bagi para fasilitator guru (fasgu). Namun juga memastikan implementasi program Roots di satuan pendidikan.

“Pada tahun ini, selain memperluas Roots menjadi gerakan, Kemendikbudristek berfokus pada pengawasan dan memastikan implementasi program Roots betul-betul terlaksana. Sehingga kerangka kerja dan tujuan utama dari program ini tercapai,” kata Nadiem, menekankan.

Adapun Program Roots Anti Perundungan ini bertujuan untuk memperkuat peran serta tenaga pendidik dan peserta didik dalam pencegahan kekerasan di satuan pendidikan. Bimtek ini akan meningkatkan kapasitas tenaga pendidik dalam memfasilitasi peserta didik di satuan pendidikan sebagai agen perubahan pencegahan perundungan.

Tahun 2021, Program Roots telah melatih lebih dari 3.500 fasgu dari 1.800 lebih satuan pendidikan. Tahun 2022, jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 10.000 fasgu dari 5.000 lebih satuan pendidikan.

Pada tahun ini, kepesertaan Roots ditargetkan melibatkan 2.750 satuan pendidikan. Di mana mereka belum pernah mengikuti bimtek.

Berdasarkan data Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek, setelah bimtek sebanyak 79,66 persen tenaga pendidik merasakan dampak hubungan positif antarwarga satuan pendidikan. Bahkan, hampir semua peserta didik terdorong untuk berani melaporkan kejadian perundungan di sekitarnya.

Di samping itu, 16,55 persen satuan pendidikan mengadaptasi Roots sebagai ekstrakurikuler yang berkelanjutan. Kemudian 32,41 persen satuan pendidikan sudah membuat prosedur pelaporan kekerasan (termasuk perundungan) yang ramah peserta didik.

Dalam rangka memastikan implementasi program Roots Anti Perundungan, Kemendikbudristek melalui Puspeka bekerja sama dengan Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP). Kemudian juga Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta para fasilitator nasional (fasnas).[rri]

BEKASI TOP