posbekasi.com

Masdarwis Religi, Seni dan Tradisi: Rukun Kreatif dan Produktif

Wisata Tangkuban Perahu, Jawa Barat.[DOK]
POSBEKASI.COM– Masyarakat sadar wisata (Masdarwis) walau menjadi ladang harapan di masa depan diberi apapun namun belum semua menyadarinya. Kalaupun ada terbatas, kalangan terbatas.

Sadar wisata merupakan wujud bela negara cinta tanah air melindungi segenap tumpah darah tanah air bangsa bahkan menjadi strategi mencerdaskan kehidupan bangsa. Indonesia yang segala sesuatunya ada dan indah unik menarik.  Indonesia itu indah sekaligus kaya. Seringkali kekayaan inilah yang diagung-agungkan dan menjadi potensi konflik.

Lihat saja, betapa banyak pertunjukkan sosial politik yang amat memalukan dan merusak citra bangsa. Dari konflik pribadi sampai konflik sosial apalagi kalau sudah sarat dengan primordial seolah-olah sudah paling benar. Merasa paling dari paling dizolimi sampai yang paling suci semua bisa dipakai. Saling serang antar anak bangsa saling hujat sama sekali tidak menunjukkan karakter hebat.

Belum lagi korupsi dan premanisme ada di semua lini. Rasa cinta dan bangga sebagai anak bangsa tidak ditunjukkan dengan prestasi. Emosi menjadi dominan dan memdominasi. Asu gede menang kerah e. Siapa kuat siapa punya massa siapa punya uang bisa apa saja mulai dari ngatur kehidupan sampai munhkin mematikan hidup dan kehidupan bisa dilakukan.

Kebhinekaan seolah hina, dosa bahkan ingin dikembarkan disamaratakan. Konsensus dasar negara yang dicanangkan oleh para bapa bangsa dipakai hujat-hujatan bahkan ingin diganti, yang mengherankan seruan perang menjadi kebanggaan. Semua seolah seperti menjadi bangsa bar bar.

Sedikit-sedikit perang, serbu hampir namanya diplomasi tak lagi menjadi kebanggaan. Otak dinomor seribukan, semua hajar, bunuh, serbu, bakar. Yang mengherankan kok ya banyak yang tertarik dan setuju. Ini suatu keajaiban.

Apakah waras menjadi sesuatu yang menakutkan? Bisa jadi teriakan anti korupsi, reformasi birokrasi hanya slogan saja atau hanya seremonial belaka? Kepahlawanan dan patriotisme bela negara seolah menjadi saling serbu saling hajar.

Kita lihat era digital era teknologi industri 4.0 bahkan Jepang sudah mencanangkan memuju 5.0. Amerika dan China bersaing dalam teknologi 4.G dan 5G. Kita seolah ingin memsuriahkan Indonesia.

Hari suci yang sangat dihormati sebagai peradaban tinggi masih ada bom bunuh diri. Apa yang semestinya dipikirkan untuk menjaga dan membangun bangsa ini menjadi bangsa besar yang inspiring bagi dunia dan peradaban yang mampu mengatasi perubahan ruang dan waktu yang begitu cepat.

Tak lekang dari perubahan jaman, tak hilang dalam masa dan berbagai peradaban? Kalimat ini mungkin bisa menjadi spirit bagi kita semua untuk waras kreatif, inovatif, produktif, dalam religi seni dan tradisi: “sak anane sak isane iso urip lan nguripi”. Itulah masyarakat yang sadar wisata.

Dari apa saja yang ada mampu mengemas memarketingkan menjadikan ikon yang menjadi inspirasi bagi bangsa ini bahkan dunia. Tentu saja memiliki keunikan daya saing dan kemampuan untuk hidup tumbuh dan berkembang.

Lihat saja dari alam, gunung, pantai, lautan, lingkungan flora fauna, masyarakatnya dari religi, seni, dan tradisi dan apa saja bisa. Kalau semua itu menjad isumber daya maka rukun akan menjadi kebanggaanya. Rukun wujud karakter tahu diri biso rumongso bukan rumongso biso.**

 

[Chrysnanda Dwilaksana]

BEKASI TOP