posbekasi.com

Patriotisme Era Digital [Bagian II-selesai]

Ilustrasi

POSBEKASI.COM – Chryshnanda DL

Di era digital apakah konsep patriotisme mash  dibutuhkan? Apakah ketololan premanisme di era digital masih banyak dipertontonkan? Semua pertanyaan dijawabnya. Kalau begitu bagaimana patriot di era digital diimplementasikan?

Patriotisme di era digital adalah pejuang yang berupaya membongkar premanisme atau mafia birokrasi yang menjadi crimenin organization. Krn mafia atau preman birokrasi inilah yang merusak, menghambat, bahkan menghancurkan bangsa ini dari dalam.

Teman saya Ahlul namanya, menceritakan kepada saya, Ono koncoku wong Jerman takon ngene pak; “The Javanese can build magnificent building such as Borobudur and Prambanan, but why nowadays they can’t build heritage like that again?”

Aku mung nyauri; “Because there are a lot of corruptions going on sponsored by corrupt leaders. No time to think about culture and heritage…”.

Yang merusak bangsa ini ya bangsa ini sendiri yang dengan bangga mengklaim sebagai patriot penyelamat bangsa tetapi melakukan premanisme.

Patriot di era digital adalah kaum tempered radical yang berani memyuarakan membangun sistem-sistem online atau elektronik dan memgembangkannya menjadi big data dan one gate service. Membangun big data ini akan membuat sistem analisa yang mampu membongkar pola-pola permainan, kaum preman atau mafia birokrasi dalam mempertahankan status quo.

Isue yang dihembuskan hanyalah kekuasaan, kewenangan jabatan tapi tidak memikirkan kemanusiaan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Sistem-sismtem elektronik ini alkan dikembangkan dalam birokrasi yang bisa membubarkan sekat-sekat labirin birokrasi yang mengagungkan pangkat, jabatan, keluasaan, sarat dengan pendekatan personal dan korup.

Membangun sistem online secara elektronik bukan hal mudah. Akan ada perlawanan keras terutama dar ikaum kroni kaum hutang budi pemimpin yang tidak visioner pemimpin yang maaf, naif dan narsis dengan kekuasaannya juga kaum gerombolan dan penjilat-penjilat yang hanya numpang beken numpang makan.

Namun, bagi para patriot milenial kewarasannya akan mampu memyadarkan preman birokrasi dan memberdayakan untuk berperan dalam mengawal kewarasan dan mengembalikan pada marwahnya sebagai anak bangsa. Patriot milenial bukan pembunuh, bukan baper yang menyalah-nyalahkan tetapi terus memcerdaskan, siap menjadi ganjal.

Walaupun keberadaanya hanya sebatas dibutuhkan bukan diinginkan. Kaum patriot milenial bagai hidup dililit alang-alang namun keteladan kewarasanya bahkan karena ketulusan dan kerelaanya mampu mentranformasi.

Merubah situasi memang bukan semudah membalik tangan namun memerlukan proses panjang dan perjuangan berat. Perlu kegigihan, keuletan dan keyakinan walau banyak kutu dan pemgganggu disekitarnya.

Tekad besar patriot milenial ini bisa dianalogikan menarik mobil ditanjakkan yang di hand rem dan mask gigi 1 bahkan rodanya kotak lagi. Namun keyakinan para patriot semua yang ada masih ada jalan, ada solusi dan kemungkinan-kemungkinan. Karena di dunia ini yang tidak mungkin adalah orang makan kepalanya sendiri.[]

BEKASI TOP