posbekasi.com

Full Day School Harus Di Pahami Secara Menyeluruh

Agung Nursidik

POSBEKASI.COM, BEKASI –  Polemik Tentang Full Day School di Indonesia kembali terjadi. Pro dan Kontra terjadi lagi baik oleh tokoh, lembaga pendidikan maupun ormas lainnya.

Sebenarnya polemik Full Day School juga sudah terjadi sejak satu tahun yang lalu di bulan Agustus.

Saat menteri pendidikan Bapak Muhadjir Effendi menggulirkan wacana  tersebut dan kala itupun langsung menuai protes beberapa kalangan. Maka dari itu mari kita bersama – sama mencermati bersama tentang Polemik Full Day School

Pertama, Sebenarnya yang perlu kita ketahui bersama adalah masalah pembenahan pembentukan karakter anak bangsa, yang saat ini menjadi fokus utama pemerintah Indonesia. Jika pemerintah ingin memulai pembentukan karakter, maka Institusi pendidikan menjadi tulang punggung pembentukan karakter tersebut dan tentunya perlu peran orang tua di rumah sebagai bentuk pola hubungan sekolah dan orang tua. Karena saat ini krisis degradasi moral banyak di alami oleh anak – anak usia sekolah diantaranya adalah pergaulan bebas, tawuran, narkoba, pornografi dan lain – lain.

Kedua, saat ini jumlah jam pembelajaran yang sedikit,  belum bisa mengakomodir semua ruang gerak peserta didik. Anak – anak usia SD adalah usia  masih rentan dengan pengaruh negativ di luar sekolah. Sedangkan  anak – anak  usia SMP sampai SMA/SMK yang sudah memasuki usia remaja.

Mereka sedang mengalami pertumbuhan yang sangat cepat baik secara fisik, biologis, psikisnya serta memiliki banyak energi yang besar yang harus bisa tersalurkan dengan baik. Potensi dan bakat mereka juga  harus dapat tersalurkan dengan baik.  Maka jika semua itu tidak tersalurkan tentu mereka akan mencari tempat lain untuk menyalurkannya, yang kita khawatirkan adalah mereka akan salah tempat sehingga akan menimbulkan masalah baru bagi peserta didik.

Ketiga, 8 Jam pelajaran sehari yang diasumsikan masyarakat kita masih banyak yang keliru, karena masih dianggap seperti 8 jam  kerja sehari. Padahal 1 jam pelajaran masing – masing jenjang pendidikan itu berbeda – beda. Jadi tidak benar pemberlakuan full day school 8 jam sehari itu jika sekolah masuk jam 07.00 maka akan pulang jam 4 sore atau jam 5 sore.

Dan tentunya full day school itu bukan berarti siswa di padatkan dengan aktifitas pelajaran, tetapi di situ banyak pembelajaran yang bermuatan karakter, penyaluran bakat dan potensi siswa. Di antaranya kegiatan ekstrakurikuler, kokulikuler, program karakter sekolah, budaya sekolah dan lain – lain.

Keempat, Jika saat ini kita sedang menunggu keputusan pemerintah bersama mendikbud tentang pemberlakuan full day school, saya yakin pemerintah akan bijak memberlakukannya serta bersifat fleksibiltas dengan beberapa kalangan yang menolaknya. Dan saya juga berharap kepada para kalangan yang menolaknya agar bersikap arif dalam mensikapi apapun keputusan pemerintah, karena masing – masing tetap akan memiliki kewenangan, sehingga polemik tentang pendidikan di Indonesia tidak selalu terjadi.

Kelima, Finlandia sudah mereformasi pendidikannya sejak awal tahun 70-an, sehingga pendidikan di Finlandia rangking satu dan menjadi rujukan beberapa Negara termasuk Indonesia. Maksudnya adalah jika Finlandia sudah mereformasi total pendidikannya sejak awal tahun 70-an termasuk di dalamnya tentang full day school dan pendidikan karakternya dan baru di akui oleh dunia beberapa tahun ini, berarti butuh waktu sekitar 40 tahun bekerja keras, berjuang untuk mendapatkan pengakuan tersebut. Lantas bagaimana dengan Indonesia, yang masih terus menuai polemik masalah pendidikan.

Kesimpulan saya marilah kita bersama – sama arif dan bijak dalam menyikapi polemik ini, tidak perlu di besar – besarkan. Karena yang paling utama adalah bagaimana agar pembentukan karakter di Indonesia tetap terwujud dengan baik.

Full Day School bisa menjadi solusi pembentukan karakter karena memiliki rentang waktu yang lebih banyak. Atau jika ada sekolah yang belum siap dengan full day school semoga solusi pembentukan karakter tetap tertunaikan sesuai dengan strategi sekolah masing – masing.

Semua itu adalah demi melahirkan generasi penerus yang lebih baik dan berkarakter.

[Agung Nursidik-Pengamat Pendidikan Kota Bekasi]

BEKASI TOP