posbekasi.com

Memaknai Idul Adha

posBEKASI.com | Oleh:  H. Syahrir, SE, M. IPol [Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dan Pengurus IPHI Jawa Barat]

Sebentar lagi, umat muslim di dunia merayakan Hari Raya Idul Adha 1444 H, begitu pula seluruh umat muslim Indonesia. Idul Adha, tidak bisa dilepaskan dari sejarah Nabi Ismail yang mengandung makna salah satu hari besar umat Islam ini. Idul Adha diperingati setiap 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”.

Hari Idul Adha yang dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban, identik dengan penyembelihan hewan kurban seperti sapi, kambing, hingga domba, usai ibadah puasa bulan Ramadhan yang kemudian menyambut hari kemenangan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Sejarah Singkat Idul Adha

Hari Raya Idul Adha berkaitan dengan kisah teladan Nabi Ibrahim dan sang putranya bernama Nabi Ismail. Nabi Ibrahim yang ikhlas mengorbankan putera Nabi Ismail, satu satunya yang lama dinantinya rela menjalankan perintah Allah SWT.

Ketika Nabi Ibrahim bersama istrinya, Siti Hajar, belum dikaruniai seorang anak, dan sangat menginginkan kehadiran seorang anak laki-laki dengan harapan kelak dapat meneruskan perjuangannya menegakkan ajaran Allah SWT di muka bumi ini.

Setiap hari Nabi Ibrahim berdoa, memohon agar Allah memberikannya keturunan. Dengan ketekunan Nabi Ibrahim berdoa, akhirnya Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ibrahim. Siti Hajar pun mengandung, hingga melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail.

Di tengah kebahagiaan Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail, Allah SWT memerintahkan Beliau untuk menempatkan istrinya bersama Nabi Ismail yang saat itu masih menyusu di suatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah yang sunyi dan sepi tidak ada seorang pun penghuni, yang oleh Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri Palestina. Tapi, Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.

Seperti dikisahkan Ibnu Abbas, ketika Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui Nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus Malaikat Jibril membuat mata air Zam Zam yang melimpah, banyak orang yang datang untuk meminta dan membeli hingga negeri yang tadinya gersang menjadi negeri makmur. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan Kota Mekkah, kota yang aman dan makmur.

Kembali ke Idul Adha yang dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari raya penyembelihan. Hal ini untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Berkat kesabaran dan ketabahan Nabi Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).

Kemudian, Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya Nabi Ismail, yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri.

Mimpi Nabi Ibrahim itu pun diceritakannya pada Nabi Ismail, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu?”.
Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102).

Lalu keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, datanglah setan sambil berkata, “Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak saja disembelih?” “Apa kata orang nanti?” “Apa tidak malu? Tega sekali, anak satu-satunya disembelih!” “Coba lihat, anaknya lincah seperti itu!” “Anaknya pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu kok dipotong!” “Tidak punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum tentu nanti ada lagi seperti dia.”

Nabi Ibrahim sudah mempunya tekat. Ia mengambil batu lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu Akbar.” Batu itu dilempar. Akhirnya seluruh jamaah haji sekarang mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Nabi Ibrahim ini di dalam mengusir setan dengan melempar batu sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu akbar”. Dan hal ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah.

Saat Nabi Ibrahim memulai menjalankan perintah Allah untuk menyembelih sang putra kesayangannya, namun sang ayah belum juga mengayunkan pisau di leher sang putranya. Oleh Nabi Ismail, mengira ayahnya ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tangannya, agar tidak muncul suatu kesan atau image dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa, kemudian Nabi Ismail meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.

Keikhlasan Nabi Ismail, membuat Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridhoi kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban.

Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat umat manusia itu membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar. Peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail diatas, bagi kita harus dimaknai sebagai pesan simbolik agama, yang mengandung pembelajaran dan tingkat ketaqwaan yang tinggi pada Allah SWT.* Adikarya Parlemen

BEKASI TOP