posbekasi.com

Seni yang Membebek

Seniman di Pasar Seni Ancol.[IST]
POSBEKASI.COM – Kaum intelektual seni seringkali mengagungkan gelar dengan berbagai ijazah-ijazahnya sebagai jamunan, apa yang dikatakan menjadi baik dan benar atau jadi panutan.

Kaum-kaum juri seni bertaraf nasional dan internasional seakan sudah menjadi budayawan, pengamat bahkan seniman besar walau mereka menjual pendapatnya saja.

Teman saya Joko Kisworo menjadi salahsatu pemenang yang mendapat nominasi walau bukan juara utama. Pasti dianggap baiklah. Joko kisworo seniman Pasar Seni Ancol sebagai pelukis abstrak. Karyanya tidak diragukan lagi.

Kecintaan pada seni dan edukasi serta kemauan dan kemampuan pada art theraphy boleh dikatakan merah putih (berani mahir dan tulus). Apa yang terjadi tatkala karyanya yang menjadi nominasi di ajang Seni UOB dipamerkan.

Karyanya digeletakkan saja di bawah, mungkin tidak ada centelan atau memang karyanya cukup digeletakkan menurut para juri dan kuratornya atau pengamat. Anehnya lagi, di pasang terbalik.

Si pelukis hanya mampu berceritera menggerutu, gerundelan, sambil meneteskan air mata. Ia sedih sekali karyanya tidak dihargai, baginya bukan hanya itu saja. Proses pembuatanyapun tidaklah mudah, memerlukan perjuangan.

Ia menjual pompa airnya atau menggunalan uang yang semestinya untuk membeli pompa air di rumahkan. Bisa dibayangkan memang, lagi-lagi uang telah memperbudak manusia.

Menumpulkan nalar. Seni hanya menjadi komoditas bebek mengekor wak wek wak wek ke sana ke mari?.

Mungkin ada juga yang sebenarnya anjing terpaksa harus mengeluarkan suara wak wek wak wek karena mengikuti ndoronya atau kata orang-orang berduit. Jadi seni, mau diajang apa saja kalau sudah masuk angina, maka ya statusnya disamakan atau tidak sama saja.[CDL]

BEKASI TOP