posbekasi.com

Tausiyah Ramadhan: Shalat Khusyu’

DR.H.Muhammad Iqbal Irham.[IST]
POSBEKASI.COM – Surat al-Mukminun, 23: 1-2 yang telah disebutkan sebelumnya, jelas menunjukkan bahwa khusyu’ itu adalah ciri orang yang beriman. Berikut penjelasan Ustadz DR. Muhammad Iqbal Irham.

Dijelaskan DR. Muhammad Iqbal Irham, kata khasyi’un dalam ayat ini merupakan bentuk jamak dari kata khasyi’ yang berarti orang yang merendahkan diri, yakni menundukkan hati. Sikap inilah, menurut Ustadz Iqbal yang akan memberikan efek pada anggota badan yang terlihat diam, tenang dan pasrah. “Jadi khusyu’ dalam bentuk ketundukan hati, akan berimbas pada fisik secara keseluruhan,” ujarnya.

Sahal bin Abdulah berkata: “seseorang itu tidak disebut rendah hati (khusyu‘) sehingga tunduk setiap helai rambut yang ada di tubuhnya”. Sejalan dengan hal ini, al-Qurtubi berkata, “inilah khusyu’ yang terbaik karena ketakutan didalam hati mengharuskan untuk tunduk secara nyata.

Khusyu’ menurut Qatadah adalah sungguh-sungguh dalam melaksanakan shalat dengan memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah.

Ibrahim an-Nakha’i, menjawab pertanyaan Sufyan ats-Tsaury, menjelaskan bahwa khusyu’ itu bukanlah merendahkan diri dengan memakan makanan yang tidak baik ataupun memakai pakaian kasar serta menundukkan kepala. Khusyu’ itu merupakan sikap mental dimana kamu memandang seorang bangsawan dan rakyat biasa itu sama dalam hak (tidak membedakan status seseorang), dan kamu tunduk kepada Allah setiap kali kamu melakukan kewajiban yang diberikannya kepadamu.

Jadi, orang yang khusyu’ (secara umum), menurut DR. Muhammad Iqbal, bisa terlihat dari wajah dan anggota tubuhnya yang diam dan tenang, maupun dari kepalanya yang tunduk (tidak menantang atau menunjukkan keangkuhan). Namun tidak berarti bahwa setiap orang yang diam dan tenang atau menundukkan kepala itu adalah orang yang khusyu’. Karena diam dan tenangnya wajah serta anggota badan dalam khusyu’ merupakan pancaran dari diam dan tenangnya hati.

“So, tenang dan diamnya hati inilah yang merupakan “skill ruhani“, yang kemudian memancar ke wajah dan anggota tubuhnya. Artinya ketenangan wajah dan anggota badan bukan sesuatu yang muncul karena keterpaksaan atau tekanan dari pihak lain,” jelas DR. Iqbal.

Contoh sederhana yang ada di dekat kita. Cobalah perhatikan satpam (security) di kantor, bank atau komplek perumahan, pramugari di pesawat, atau orang yang berada di front office di banyak gedung perkantoran. “Apakah senyum dan keramahan yang mereka tunjukkan adalah berasal dari hati (skill ruhani) mereka atau sekedar memenuhi tuntutan pekerjaan…?” tanya DR. Iqbal kembali.

Umar bin Khattab ketika melihat seorang pemuda yang menundukkan kepalanya, beliau berkata: “Apa yang terjadi? Angkatlah kepalamu, sesungguhnya menundukkan kepala seperti itu tidak akan menambah apapun yang ada di dalam hati”.

Ungkapan ini menggambarkan bahwa ketundukan kepala secara fisik, tidak otomatis menunjukkan ketundukan hati (khusyu’). Dan siapa yang menundukkan kepala, atau tersenyum, atau menunjukkan keramahan kepada orang lain secara fisik, tanpa mengikutsertakan hatinya, maka ia telah melakukan penipuan terhadap dirinya dan orang lain.

Cukup jelas dan terang apa yang dimaksud oleh Ali bin Abi Thalib ketika ia mengatakan: “Khusyu’ itu ada di dalam hati. Hendaklah kamu bersikap lemah lembut secukupnya kepada seorang bapak muslim dan hendaklah kamu memperhatikan shalatmu”.[nantikan tausiyah selanjutnya].

BEKASI TOP