posbekasi.com

Ponpes Al Marhamah Shalat Idul Adha “Air Zam Zam, Kota Mekkah dan Hari Raya Kurban” Buah Keikhlasan Pengorbanan Keluarga Nabi Ibrahim

Pimpinan Yayasan Pendidikan dan Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Al Quran Al Marhamah, Ustadz H. Mohammad Subchansyah, saat menyampaikan khotbah Idul Adha 1444 H di Masjid Khulafa Rasyidin Kompleks Ponpes Al Marhamah, Jalan Darussalam No. 1, Kelurahan Cimuning, Mustikajaya, Kota Bekasi, Rabu 28 Juni 2023. [Posbekasi.com /Hasibuan]

posBEKASI.com | BEKASI – Pimpinan Yayasan Pendidikan dan Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Al Quran Al Marhamah, Ustadz H. Mohammad Subchansyah, menyatakan di Hari Idul Adha ini sudah sepantasnya kita sebagai hamba Allah SWT dan umat Nabi Muhammad SAW merefleksi diri dengan keikhlasan keluarga Nabi Ibrahim AS dalam menjalankan perintah Allah SWT hingga kini dikenal dengan Hari Raya Kurban.

“Refleksi di hari Arafah ini begitu penting dalam kehidupan keluarga dan lingkungan kita sehari-hari,” kata Ustadz Subchansyah saat menyampaikan khotbah usai Shalat Idul Adha 1444 H di Masjid Khulafa Rasyidin Kompleks Ponpes Al Marhamah, Jalan Darussalam No. 1, Kelurahan Cimuning, Mustikajaya, Kota Bekasi, Rabu 28 Juni 2023.

Ustadz Subchansyah menyampaikan kisah Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim) protes, mengapa suaminya meninggalkan dia dan Nabi Ismail anaknya yang masih kecil di padang pasir yang tak bertuan. Seperti jamaknya dia hanya bisa menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberinya putra.

Siti Hajar mengejar Nabi Ibrahim AS, suaminya, dan berteriak; “Mengapa engkau tega meninggalkan kami disini, bagaimana kami bisa bertahan hidup?”

Nabi Ibrahim AS terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh.
Remuk redam perasaannya terjepit antara pengabdian dan pembiaran.

Siti Hajar masih terus mengejar sambil terus menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit, “Apakah ini Perintah Tuhanmu?”

Kali ini Nabi Ibrahim AS, Sang Khalilullah, berhenti melangkah.

Dunia seolah berhenti berputar.

Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Nabi Ibrahim AS. Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seolah berhenti mendesah. Pertanyaan atau lebih tepatnya gugatan Hajar membuat semuanya terkesiap.

Nabi Ibrahim AS membalik tegas, dan berkata; “Iya!”.

Siti Hajar berhenti mengejar, dan dia terdiam.
Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang mengagetkan semua Malaikat, butir pasir dan angin.

“Jikalau ini perintah Tuhanmu, pergilah, tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir. Allah Ta’ala akan menjaga kami.”

“Ini sebuah Pengabdian, atas nama Perintah Allah Ta’ala, bukan pembiaran.”

Peristiwa Siti Hajar dan Nabi Ibrahim AS adalah Romantisme Keberkahan. “Itulah Ikhlas…”.

Betapa besar keikhlasan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar dalam menjalankan perintah Allah. “Sebagai manusia biasa, Nabi Ibrahim yang merindukan seorang putra dan ketika diberi Allah kelahirannya dari Siti Hajar, namun diperintah untuk meninggalkannya di padang yang gersang tanpa ada kehidupan manusia. Ujian paling berat itu ternyata dilalui Nabi Ibrahim karena keyakinan dan keikhlasannya pada Allah,” ungkap Ustadz Subchansyah.

Berkat kesabaran dan ketabahan Nabi Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).

Keluarga besar Yayasan Pendidikan dan Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Al Quran Al Marhamah usai melaksanakan Shalat Idul Adha 1444 H, di Masjid Khulafa Rasyidin Kompleks Ponpes Al Marhamah, Jalan Darussalam No. 1, Kelurahan Cimuning, Mustikajaya, Kota Bekasi, Rabu 28 Juni 2023. [Posbekasi.com / Foto Rafa]

Seperti dikisahkan Ibnu Abbas, ketika Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui Nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Kemudian Allah mengutus Malaikat Jibril membuat mata air ‘Zam Zam’ di bawah kaki Nabi Ismail. Ketika Siti Hajar kembali untuk melihat Nabi Ismail tanpa membawa air, Siti Hajar terkejut melihat mata air muncul di bawah kaki Ismail.

Air yang melimpah itu membuat banyak orang datang untuk meminta dan membeli hingga negeri yang tadinya gersang menjadi negeri makmur. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan Kota Mekkah, kota yang aman dan makmur.

Tak cukup sampai di situ, Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya Nabi Ismail, yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri.

Mimpi Nabi Ibrahim itu pun diceritakannya pada Nabi Ismail, Ibrahim berkata; “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih mu “maka pikirkanlah apa pendapatmu?

Ismail menjawab; “Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapati ku termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102).

Keikhlasan Nabi Ismail juga begitu besar pada Allah, di mana ketika Nabi Ibrahim menjalankan ujian teramat berat untuk menyembelih sang putra

Berhasil melewati godaan setan yang berbagai cara menghalangi Nabi Ibrahim untuk menjalankan perintah Allah.

Ayah dan anak kekasih Allah pun memantapkan niatnya dan memasrahkan pada Allah, sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, Allah dengan firmanNya, mengganti pengorbanan Ismail dengan seekor Gibas (kambing).

“Kisah ini lah yang sampai sekarang kita kenal dengan Hari Raya Kurban, di mana umat muslim dianjurkan untuk berkurban pada Hari Raya Idul Adha,,” tutup Ustadz Subchansyah.

Untuk diketahui, keluarga besar Pondok Pesantren Al Marhamah akan melaksanakan penyembelihan kurban, pada Kamis 29 Juni 2023. Sementara ini sudah ada satu ekor sapi, dan empat ekor kambing. [hsb]

BEKASI TOP