posbekasi.com

Pidato Lengkap Kebangsaan Prabowo (Bagian 2)

Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto, didampingi Cawapres Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan pidato Kebangsaan di Plenary Hall, Convention Center, Jakarta, 14 Januari 2019 malam.[IST]
POSBEKASI.COM | JAKARTA – Saudara-saudara sekalian,

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat laporan, seorang buruh tani, seorang bapak, bernama pak Hardi di Desa Tawangharjo, Grobokan, meninggal dunia karena gantung diri di pohon jati di belakang rumahnya. Almarhum gantung diri, meninggalkan isteri dan anak karena merasa tidak sanggup membayar utang, karena beban ekonomi yang ia pikul dirasa terlalu berat.

Selama beberapa tahun terakhir ini, saya mendapat laporan, ada belasan cerita tragis seperti almarhum Hardi ini. Ada kisah seorang guru di Pekalongan gantung diri. Terakhir, tanggal 4 Januari lalu, ada ibu Sudarsi di Desa Watusigar, Gunungkidul gantung diri. Ini kisah-kisah yang masuk berita. Yang tidak masuk berita mungkin lebih banyak lagi.

Saya juga baru datang dari Klaten. Di situ, petani-petani beras bersedih, karena saat mereka panen 2 bulan yang lalu, banjir beras dari luar negeri. Saya juga baru-baru ini dari Jawa Timur. Di sana, banyak petani tebu yang mengeluh, karena saat mereka panen, banjir gula dari luar negeri. Sementara itu, banyak ibu-ibu di mana-mana mengeluh, harga gula di Indonesia 2 sampai 3 kali lebih mahal dari rata-rata dunia. Padahal, dulu Nusantara pernah jadi eksportir gula.

Saudara-saudara sekalian,

Inikah negara yang dicita-citakan dan diperjuangkan oleh para pendiri bangsa Indonesia? Bung Karno dan bung Hatta, oleh bung Syahrir, oleh Jendral Sudirman, oleh K.H. Hasyim Ashari dan K.H. Wahid Hasyim? Oleh K.H. Agus Salim, oleh bung Tomo?

Negara yang banyak rumah sakitnya menolak pasien BPJS karena belum mendapat bayaran sekian bulan, yang rumah sakitnya dan terpaksa kurangi mutu layanan. Negara yang 1 dari 3 anak balita nya mengalami gagal tumbuh karena kurang protein, karena ibunya juga kurang protein, kurang gizi selama masa mengandung.

KLIK : Pidato Lengkap Kebangsaan Prabowo (Bagian 1)

Negara yang terus menambah utang untuk bayar utang, dan menambah utang untuk membayar kebutuhan rutin pemerintahan yaitu membayar gaji pegawai negeri. Negara yang membiarkan kondisi keuangan BUMN-BUMN utama kita dalam kondisi sulit. Garuda, pembawa bendera Indonesia, perusahaan yang lahir dalam perang kemerdekaan, rugi besar.

Pertamina, perusahaan penopang pembangunan Republik Indonesia, sekarang dalam kesulitan. Demikian juga PLN, demikian Krakatau Steel. Jika pun ada BUMN yang untung, untungnya tidak seberapa.

Negara yang ada warganya yang tinggal hanya 3 jam dari Istana Negara, tidak mampu berangkat sekolah karena sudah 2 hari tidak makan. Negara yang beberapa waktu yang lalu panik karena puluhan anak-anak di Kabupaten Asmat meninggal karena kelaparan, karena pejabat-pejabat Pemerintahnya tidak hadir untuk membantu mereka yang paling membutuhkan.

Inilah kondisi yang saya sebut Paradoks Indonesia. Negara kaya, namun rakyatnya masih banyak yang miskin. Kalau kita tidak hati-hati, kalau kita tidak waspada, kalau kita tidak berubah, kalau kita tidak bertindak dengan segera, situasi ini akan terus berlanjut ke arah yang lebih buruk.

Kami maju dalam pemilihan ini, karena kami percaya hal-hal ini tidak boleh terjadi di negara yang sudah merdeka. Mudah sekali untuk berkata, “Indonesia akan bertahan 1.000 tahun kedepan”.

Tapi, saudara-saudara sekalian, apakah negara yang tidak mampu membayar rumah sakit, yang tidak mampu menjamin makan untuk rakyatnya, yang tidak mampu punya militer yang kuat, dapat bertahan 1.000 tahun? Apakah negara yang cadangan BBM nasionalnya hanya kuat untuk 20 hari, yang cadangan berasnya kurang dari 3 juta ton, dapat bertahan jika ada serangan, atau krisis keamanan?

Menteri Pertahanan yang sekarang pun mengatakan, jika perang, Indonesia hanya mampu bertahan 3 hari karena peluru kami hanya cukup untuk 3 hari perang. Ini bukan kami yang menyampaikan, tapi Pemerintah sendiri. Kita harus ingat, persaingan antar bangsa itu keras. Sejarah peradaban manusia ribuan tahun itu keras. Jangan kita tergantung kepada bangsa lain. Jangan kita berharap bangsa lain akan baik, akan kasihan kepada kita.

Kita tidak boleh lupa rumus yang terkenal dari Thucydides, ahli sejarah yang hidup kurang lebih 50 tahun sebelum Masehi. Hukum Thucydides mengatakan: The strong will do what they can, the weak suffer what they must. Jadi kalau dalam bahasa Indonesia, yang kuat akan berbuat apa yang dia mampu buat, yang lemah akan menderita apa yang dia harus menderita. Ini pelajaran diajarkan di semua lembaga kajian strategis, di semua sekolah militer seluruh dunia.[POB]

BEKASI TOP