posbekasi.com

Kemenkes Siapkan Alat Sensor Kualitas Udara di Puskesmas

Kabut polusi udara menyelimuti kawasan Jakarta, Selasa (8/10/2019) (Foto: ANTARA)

posBEKASI.com | JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyiapkan alat untuk mengukur sensor kualitas udara yang akan ditempatkan di puskesmas-puskesmas Jabodetabek. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu.

Maxi mengatakan, rencananya alat sensor udara itu akan disebarkan ke ratusan  puskesmas kecamatan dan keluarahan di Kabodetabek. Menurutnya, saat ini puskesmas-puskesmas masih menggunakan alat manual yang disebut sanitarian kit.

“Belum, kita masih proses itungannya. Baru rencana Jabodetabek ada 647 kalo enggak salah untuk ditempatkan di puskesmas,” kata Maxi usai Media Briefing tentang Penanganan Dampak Polusi Udara Bagi Kesehatan Masyarakat di Jakarta, Senin (28/8/2023).

“Jadi sambil tunggu itu kita punya namanya sanitarian kit, yang bisa untuk mengukur polusi udara juga. Tapi itu masih manual, lagi di proses,” ujarnya.

Maxi menegaskan, pihaknya masih fokus menempatkan alat pengukur sensor udara di puskesmas-puskesmas Jabodetabek saja. Sedangkan, untuk kota-kota yang rawan dengan kejadian kebakaran hutan dan lahan karhutla belum menjadi prioritas.

“Sementara kita fokus dulu di Jabodetabek, kita tempatkan di puskesmas kecamatan dulu di Jabodetabek. Kalau di DKI kan 300 lebih puskesmas kecamatan dan kelurahan,” ucapnya.

Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta seluruh puskesmas di DKI Jakarta rutin mengecek kualitas udara melalui alat sanitari. Pihaknya mendorong hal itu guna memperkuat surveilans data terkait polusi udara.

“Kemenkes berpartisipasi dengan KLHK karna kita punya puskesmas banyak, itu ada alat sanitari kit untuk ngecek kondisi udara. Jadi kondisi udara, tanah, sama air di semua puskesmas,” kata Budi kepada wartawan di Jakarta, Minggu (27/8/2023).

“Kemenkes bantu kasih alat. Nah itu sekarang mulai minggu depan saya minta diukur setiap minggu untuk diukur ya,” kata Budi menambahkan.

Dengan adanya pelaporan tersebut, diharapkan pihaknya dapat memetakan di kota mana yang tingkat polusi udaranya paling tinggi. Bila hasil pengukuran menunjukkan angka yang tinggi, petugas Puskesmas harus mengirimkan sampel itu ke laboratorium kesehatan.

“Jadi kita tau penyebabnya apa. Apakah penyebabnya dari kendaraan, apakah dari kebakaran batu bara, listrik atau industri,” ujarnya. [rri/ant]

BEKASI TOP